“Gotong-Royong” (Mutual Assistance of Indonesia) According to Soekarno in Max Scheler’s Axiology Perspective

International Journal of Humanities and Social Science
© 2017 by SSRG - IJHSS Journal
Volume 4 Issue 5
Year of Publication : 2017
Authors : Agustinus Wisnu Dewantara
pdf
How to Cite?

Agustinus Wisnu Dewantara, "“Gotong-Royong” (Mutual Assistance of Indonesia) According to Soekarno in Max Scheler’s Axiology Perspective," SSRG International Journal of Humanities and Social Science, vol. 4,  no. 5, pp. 39-48, 2017. Crossref, https://doi.org/10.14445/23942703/IJHSS-V4I5P106

Abstract:

“Gotong-Royong” (mutual assistance of Indonesia) According to Sukarno in Max Scheler’s Axiology Perspective aims to find analytically the objective meaning of the principle of gotong-royong in the perspective of axiology. Axiology selected as an object to be formal because this research focused on “gotong-royong” as a typical value of Indonesia. This theme is expected to contribute to the life of the Indonesian people today who seem to live in a crisis of mutual cooperation in various fields. Sukarno summarizes Pancasila in a single value, namely the "gotong-royong" or he describes as Ekasila. The essence of Pancasila finds a great challenge today. The research in this dissertation is a qualitative study philosophy. The research model used a qualitative research by conducting a literature study. Hermeneutics is then used to search for meaning in this study. Methodical elements used in this study are: verstehen, historical analysis, analytic language, and heuristics. Sukarno's speech will be studied by following the hermeneutics of Dilthey. The results of the analysis of Dilthey then will be the material that will discussed from the standpoint of axiological objectivism of Max Scheler. The meaning of “gotong-royong” of Soekarno found in this research is to work together, help each other, shoulder to shoulder, cooperation, deliberation, and mutual respect as a nation. The “gotong-royong” was not the result of subjective feelings of Sukarno. The value of gotong-royong is exist without speech of Soekarno, and attached to Indonesian. Pancasila is not created by Sukarno or the founding fathers. Sukarno, in the language of Scheler, precisely found the values of Pancasila and gotong-royong that has lived a long time in the Earth Indonesia. Gotong-royong as a value, in this line of thought Scheler fixed and objective. The practice of gotong-royong appears in the shared ethos.

Keywords:

gotong-royong” (mutual assistance of Indonesia), axiology, objectivism

References:

[1] Abdillah, Baiquni, 2011, Gotong-Royong Cermin Budaya Bangsa dalam Arus Globalisasi, STMIK Amikom, Yogyakarta
[2] Abdurrahman, Moeslim, 2007, Krisis Sosial, Krisis Politik, Krisis Bangsa Majemuk, Impulse, Yogyakarta
[3] Adams, Cindy., 1966, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Gunung Agung, Jakarta
[4] Ahimsa, Heddy Shri. 2007. Patron Klien di Sulawesi Selatan: Sebuah Kajian Fungsional Struktural. Keppel Press, Yogyakarta
[5] Aristotle, 1985, Nicomechean Ethics, translated by. Terence Irwin,, Cambridge,
[6] Bahm, Archie., 1962, What is Value: An Introduction to Axiology, Lasalle, Illinois
[7] 1980, Axiology: The Science of Values, World Books, Albuquerque, New Mexico
[8] Bintarto, R., 1980, Gotong Royong: Suatu Karakteristik Bangsa Indonesia, PT Bina Ilmu, Surabaya
[9] Darmaputera, Eka., 1989, Pancasila: Identitas dan Integritas Bangsa Indonesia, Gunung Mulia, Jakarta
[10] Darmodiharjo, Dardji., 1979, Pokok-Pokok Pembahasan Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia, Laboratorium Pancasila IKIP Malang-Usaha Nasional, Surabaya
[11] Frondizi, Risieri 1963, What is Value, an Introduction to Axiology, (translated by Solomom Lipp) Lasalle, Illinois
[12] Geertz, Clifford., 1965, The Social History of an Indonesian Town, MIT Press, Cambridge
[13] Geertz, Hildreed., 1983, Keluarga Jawa, Grafiti Press, Jakarta
[14] Hadiwardoyo, Purwa., 2013, “Nilai-Nilai Kemanusiaan dan Hikmat bagi Pendidikan” dalam Pidato Dies Natalis XXX, Sanata Dharma, Yogyakarta
[15] Halliday, Fred, 2001,”Nationalism” dalam The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations, University Press, Oxford
[16] Haryatmoko, 2010, Dominasi Penuh Muslihat Anti Kekerasan dan Diskriminasi, Gramedia, Jakarta
[17] 2015, “Modalitas Pendidikan Nilai,” dalam KOMPAS 30 September 2015
[18] Hatta, Muhammad., 1958, “Lampau dan Datang” dalam Karya Lengkap Bung Hatta, 2000, LP3ES, Jakarta
[19] Hutchinson, John dan Smith, Anthony D, 1994, “Nationalism” dalam Oxford Readers. University Press, Oxford
[20] Kartodirjo, Sartono., 1977, Sejarah Nasional Indonesia IIIIV, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta
[21] Kellas, J. G.,1998, The Politics of Nationalism and Ethnicity, London: MacMillan Press
[22] Koentjaraningrat., 1974, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Gramedia, Jakarta
[23] Kusuma, A.B., 1995, ”Menelusuri Dokumen Historis Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan,” dalam Sejarah Lahirnya Pancasila, Yayasan Pembela Tanah Air, Jakarta
[24] Latief, Yudi., 2012, Negara Paripurna, Gramedia, Jakarta
[25] Magniz Suseno, Franz., 1991, Etika Jawa, Gramedia, Jakarta
[26] Notonagoro, 1962, Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia (Kumpulan Tiga Uraian Pokok- Pokok Persoalan tentang Pancasila), Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
[27] 1975, Pantjasila Setjara Ilmiah Populer, Panjturan Tudjuh, Djakarta
[28] Notosusanto, Nugroho (ed), 1977, Sejarah Nasional Indonesia IV, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta
[29] Plamenantz.,1996, “Nationalism: The Nature and Evolution of an Idea,” dalam “Arti dan Keberadaan Nasionalisme” Analisis CSIS Tahun XXV edisi Maret- April, CSIS, Jakarta 
[30] Poespowardojo, Soerjanto., 1998, Filsafat Pancasila (Sebuah Pendekatan Sosio-Budaya), Gramedia, Jakarta.
[31] Prasetyo, Kuncoro Bayu., 2009, “Menjadi Aceh di Panti Asuhan: Studi tentang Sosialisasi Anak Aceh di Panti Asuhan Pasca Bencana,” Pascasarjana Antropologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
[32] Redaksi KOMPAS, 2015, “Nilai-Nilai Keutamaan Makin Merosot,” dalam KOMPAS 12 Agustus 2015
[33] --------., 2015, “Membumikan Gagasan Ideal Pancasila: Jajak Pendapat Kompas,” dalam KOMPAS 1 Juni 2015
[34] --------., 2015,“Pancasila Masih Sebatas Retorika,” dalam KOMPAS 1 Juni 2015
[35] --------., 2015,“Apa Kabar Revolusi Mental?”dalam KOMPAS 5 September 2015
[36] Rochmadi, 2011, Menjadikan Nilai Budaya Gotong- Royong sebagai Common Identity dalam Kehidupan Bertetangga Negara-Negara ASEAN, Universitas Negeri Malang, Malang
[37] Scheler, Max, 1973, Der Formalismus in de Erthik und die materiale Wertethik, (translated by. Manfred S. Frings & Roger C. Funk) Bern, Francke, Verlag
[38] --------, 1954, The Nature of Sympathy (translated by. Peter Heath), Routlegde and Kegan Paul Ltd, Broadway House, London
[39] --------., 1961, Men’s Place in Nature (translated by. Hans Meyerhoff), The Noonday Press, New York
[40] --------., 1994, Ressentiment, Marquette University Press, Milwaukee Wisconsin
[41] Scott, James, 1988, Moral Ekonomi Petani, LP3ES, Jakarta
[42] Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995, Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Jakarta.
[43] Selamat, Shelomita, 2009, “Pendidikan Multikultural sebagai Upaya Mewujudkan Perdamaian di Indonesia”, dalam Perspektif, Vol. 4 No. 1, Malang
[44] Soekarno, 1948, ”Uraian tentang Pantjasila” dalam Suluh Indonesia, Jakarta
[45] ---------, 1952, Harapan dan Kenyataan, Kementrian Penerangan RI, Jakarta
[46] ---------, 1957, Kepada Bangsaku, Panitia Pembinaan Djiwa Revolusi, Jakarta
[47] ---------, 1958, Pantja-Sila sebagai Dasar Negara, jilid 1, Kementrian Penerangan RI, Jakarta
[48] ---------, 1958, Pantja-Sila sebagai Dasar Negara, jilid 2, Kementrian Penerangan RI, Jakarta
[49] ---------, 1958, Pantja-Sila sebagai Dasar Negara, jilid 3, Kementrian Penerangan RI, Jakarta
[50] ---------, 1960, Di Bawah Bendera Revolusi Vol 1, Panitia Di Bawah Bendera Revolusi, Jakarta
[51] ---------, 1965, Capailah Bintang-bintang di Langit: Tahun Berdikari, Departemen Penerangan RI, Jakarta
[52] ---------, 2015, Filsafat Pancasila menurut Bung Karno, Media Pressindo, Yogyakarta
[53] Soekanto, Soerjono, 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, Grafindo, Jakarta
[54] Soeprapto, Sri., 2012, Konsep Inventif Etika Pancasila Berdasarkan Filsafat Pancasila Notonagoro, UNY Press, Yogyakarta
[55] Sudiar, Sonny., 2010, Nasionalisme dan Konflik Etnik: Sebuah Konsekuensi dari Globalisasi, Universitas Mulawarman, Samarinda
[56] Suwarno., 1993, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia (Penelitian Pancasila dengan Pendekatan Historis, Filosofis, dan Sosio-Yuridis Kenegaraan), Kanisius, Yogyakarta
[57] Sunoto, 2000, Mengenal Filsafat Pancasila: Pendekatan melalui Metafisika, Logika, dan Etika, Yogyakarta, Hanindita
[58] Suryadinata, Leo (ed), 2000, Nationalism and Globalization: East and West. Institute of Southeast Asian Studies, Singapore
[59] Sutarto, Ayu, 2004, Menguak Pergumulan antara Seni, Politik, Islam, dan Indonesia, Kompyawisda, Jember.
[60] Widarmanto, Tjahjono., 2015, “Politik Kebudayaan” dalam JAWA POS 31 Mei 2015.
[61] Wahana, Paulus, 2004, Nilai Etika Aksiologis Max Scheler, Kanisius, Yogyakarta.